Vol. 2 No. 2 (2014)
Hubungan Karakteristik Demografi, Klinis dan Faktor Risiko Terinfeksi HIV dengan Koinfeksi HIV/TB di Klinik Amertha Yayasan Kerti Praja Denpasar
Yuneti Octavianus Nyoko, I Wayan Gede Artawan Eka Putra, Anak Agung Sagung SawitriOnline First: Dec 1, 2014
- XML
- Abstract
- Abstract
Hubungan Karakteristik Demografi, Klinis dan Faktor Risiko Terinfeksi HIV dengan Koinfeksi HIV/TB di Klinik Amertha Yayasan Kerti Praja Denpasar
Latar belakang dan tujuan: Infeksi HIV meningkatkan risiko terserang penyakit tuberkulosis (TB) dan sebaliknya infeksi TB meningkatkan progresifitas HIV. Di Bali, koinfeksi TB pada pasien HIV/AIDS mengalami peningkatan dari 26% di tahun 2012 menjadi 30% di tahun 2013. Penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan terjadinya koinfeksi HIV/TB masih terbatas di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik demografi, klinis dan faktor risiko terinfeksi HIV dengan koinfeksi HIV/TB di Klinik Amertha Yayasan Kerti Praja Bali.
Metode: Disain penelitian adalah cross-sectional menggunakan data sekunder pasien HIV/AIDS yang menerima terapi antiretroviral (ARV) tahun 2002-2012. Variabel bebas adalah karakteristik demografi: jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status bekerja, keberadaan pengawas minum obat; variabel klinis: kadar hemoglobin, berat badan, kadar CD4; dan faktor risiko terinfeksi HIV. Status koinfeksi HIV/TB sebagai variabel tergantung. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat (chi-square) dan multivariat (cox regression).
Hasil: Dari 531 pasien yang dianalisis sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (57,6%) serta berumur ≥31 tahun (50,8%). Kejadian koinfeksi HIV/TB dijumpai pada 5,5% pasien. Analisis multivariat menunjukkan variabel yang secara independent berhubungan terhadap terjadinya koinfeksi HIV/TB adalah kadar CD4 awal ≤200 cell/mm3 (PR=10,34; 95%CI: 1,39-76,69; p=0,022) dan faktor risiko terinfeksi HIV melalui IDU (PR=3,27; 95%CI:1,56-6,88;p=0,002).
Simpulan: Pasien yang memulai terapi ARV dengan kadar CD4 ≤200 cell/mm3 dan terinfeksi HIV melalui IDU berhubungan dengan koinfeksi HIV/TB.Hubungan Karakteristik Demografi, Klinis dan Faktor Risiko Terinfeksi HIV dengan Koinfeksi HIV/TB di Klinik Amertha Yayasan Kerti Praja Denpasar
Latar belakang dan tujuan: Infeksi HIV meningkatkan risiko terserang penyakit tuberkulosis (TB) dan sebaliknya infeksi TB meningkatkan progresifitas HIV. Di Bali, koinfeksi TB pada pasien HIV/AIDS mengalami peningkatan dari 26% di tahun 2012 menjadi 30% di tahun 2013. Penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan terjadinya koinfeksi HIV/TB masih terbatas di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik demografi, klinis dan faktor risiko terinfeksi HIV dengan koinfeksi HIV/TB di Klinik Amertha Yayasan Kerti Praja Bali.
Metode: Disain penelitian adalah cross-sectional menggunakan data sekunder pasien HIV/AIDS yang menerima terapi antiretroviral (ARV) tahun 2002-2012. Variabel bebas adalah karakteristik demografi: jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status bekerja, keberadaan pengawas minum obat; variabel klinis: kadar hemoglobin, berat badan, kadar CD4; dan faktor risiko terinfeksi HIV. Status koinfeksi HIV/TB sebagai variabel tergantung. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat (chi-square) dan multivariat (cox regression).
Hasil: Dari 531 pasien yang dianalisis sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (57,6%) serta berumur ≥31 tahun (50,8%). Kejadian koinfeksi HIV/TB dijumpai pada 5,5% pasien. Analisis multivariat menunjukkan variabel yang secara independent berhubungan terhadap terjadinya koinfeksi HIV/TB adalah kadar CD4 awal ≤200 cell/mm3 (PR=10,34; 95%CI: 1,39-76,69; p=0,022) dan faktor risiko terinfeksi HIV melalui IDU (PR=3,27; 95%CI:1,56-6,88;p=0,002).
Simpulan: Pasien yang memulai terapi ARV dengan kadar CD4 ≤200 cell/mm3 dan terinfeksi HIV melalui IDU berhubungan dengan koinfeksi HIV/TB.Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Beberapa Faktor terhadap Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan di Kecamatan Gunungsari Lombok Barat
Ni Nyoman Aryaniti, Luh Putu Lila Wulandari, I Nyoman Mangku KarmayaOnline First: Dec 1, 2014
- XML
- Abstract
- Abstract
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Beberapa Faktor terhadap Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan di Kecamatan Gunungsari Lombok Barat
Latar belakang dan tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor langsung dan tidak langsung yang mempengaruhi keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat.
Metode: Penelitian menggunakan desain cross-sectional analitik. Sebanyak 27 ibu bersalin ditolong tenaga bukan kesehatan dipilih secara purposive. Ibu bersalin yang ditolong tenaga kesehatan diambil secara proportional systematic random sampling dari Puskesmas Gunungsari dan Puskesmas Penimbung, masing-masing sebanyak 29 dari 916 ibu bersalin, dan 14 dari 437 ibu bersalin. Faktor eksogen yang diteliti adalah pendidikan ibu, kelas ibu hamil, pengetahuan ibu, sikap ibu, dukungan keluarga, dan akses. Keputusan pemilihan penolong persalinan sebagai faktor endogen. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara deskriptif, dan dilanjutkan dengan analisis jalur menggunakan regresi linier.
Hasil: Kebanyakan responden berusia 21-35 tahun (87,4%), ibu rumah tangga (47,14%), berpendidikan menengah ke bawah (65,72%), dan kawin (88,57%). Hanya dua faktor eksogen yang berpengaruh yaitu dukungan keluarga mempunyai pengaruh langsung dengan koefisien 0,534 dan pengaruh total 35,54%. Kelas ibu hamil melalui dukungan keluarga mempunyai pengaruh tidak langsung dengan koefisien 0,520 dan pengaruh total 34,78%. Total pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin 70,32%.
Simpulan: Kehadiran suami/keluarga diperlukan dalam kelas ibu hamil melalui suatu kesepakatan jadwal pelaksanaan.
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Beberapa Faktor terhadap Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan di Kecamatan Gunungsari Lombok Barat
Latar belakang dan tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor langsung dan tidak langsung yang mempengaruhi keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat.
Metode: Penelitian menggunakan desain cross-sectional analitik. Sebanyak 27 ibu bersalin ditolong tenaga bukan kesehatan dipilih secara purposive. Ibu bersalin yang ditolong tenaga kesehatan diambil secara proportional systematic random sampling dari Puskesmas Gunungsari dan Puskesmas Penimbung, masing-masing sebanyak 29 dari 916 ibu bersalin, dan 14 dari 437 ibu bersalin. Faktor eksogen yang diteliti adalah pendidikan ibu, kelas ibu hamil, pengetahuan ibu, sikap ibu, dukungan keluarga, dan akses. Keputusan pemilihan penolong persalinan sebagai faktor endogen. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara deskriptif, dan dilanjutkan dengan analisis jalur menggunakan regresi linier.
Hasil: Kebanyakan responden berusia 21-35 tahun (87,4%), ibu rumah tangga (47,14%), berpendidikan menengah ke bawah (65,72%), dan kawin (88,57%). Hanya dua faktor eksogen yang berpengaruh yaitu dukungan keluarga mempunyai pengaruh langsung dengan koefisien 0,534 dan pengaruh total 35,54%. Kelas ibu hamil melalui dukungan keluarga mempunyai pengaruh tidak langsung dengan koefisien 0,520 dan pengaruh total 34,78%. Total pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin 70,32%.
Simpulan: Kehadiran suami/keluarga diperlukan dalam kelas ibu hamil melalui suatu kesepakatan jadwal pelaksanaan.
Kualitas Pelayanan Kesehatan di RSUP Sanglah Denpasar dari Perspektif Pelanggan Internal dan Eksternal
Made Nopy Diah Sundari, Putu Ayu Indrayathi, Raden Ayu Tuty KuswardhaniOnline First: Dec 1, 2014
- XML
- Abstract
- Abstract
Kualitas Pelayanan Kesehatan di RSUP Sanglah Denpasar dari Perspektif Pelanggan Internal dan Eksternal
Latar belakang dan tujuan: Kepuasan pelanggan ditentukan oleh kualitas pelayanan kesehatan yang baik dari institusi pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan di RSUP Sanglah Denpasar dari perspektif pelanggan internal (staf rumah sakit) dan eksternal (pasien rumah sakit).
Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif pada perspektif pelanggan internal dan pendekatan kuantitatif pada perspektif pelanggan eksternal. Pengumpulan data dilakukan pada 11 informan dan 106 responden. Analisis data dilakukan dengan analisis tema pada pendekatan kualitatif dan analisis deskriptif pada pendekatan kuantitatif.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan di RSUP Sanglah sudah baik dari perspektif pelanggan internal melalui wawancara mendalam tentang aktivitas pelayanan, faktor penghambat pelayanan dan faktor pendorong pelayanan kesehatan di RSUP Sanglah Denpasar. Perspektif pelanggan eksternal menyatakan bahwa kualitas pelayanan kesehatan di RSUP Sanglah Denpasar termasuk dalam kategori pelayanan yang baik dengan persentase rata-rata total lima dimensi kualitas pelayanan (daya tanggap, kehandalan, jaminan, perhatian, bukti langsung) sebesar 83,82%.
Simpulan: Kualitas pelayanan kesehatan yang baik dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan serta meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini menyarankan untuk meningkatkan kualitas fisik dan kelengkapan fasilitas pelayanan, menerapkan budaya kerja yang berkualitas, dan penerapan konsep clinical governance.Kualitas Pelayanan Kesehatan di RSUP Sanglah Denpasar dari Perspektif Pelanggan Internal dan Eksternal
Latar belakang dan tujuan: Kepuasan pelanggan ditentukan oleh kualitas pelayanan kesehatan yang baik dari institusi pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan di RSUP Sanglah Denpasar dari perspektif pelanggan internal (staf rumah sakit) dan eksternal (pasien rumah sakit).
Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif pada perspektif pelanggan internal dan pendekatan kuantitatif pada perspektif pelanggan eksternal. Pengumpulan data dilakukan pada 11 informan dan 106 responden. Analisis data dilakukan dengan analisis tema pada pendekatan kualitatif dan analisis deskriptif pada pendekatan kuantitatif.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan di RSUP Sanglah sudah baik dari perspektif pelanggan internal melalui wawancara mendalam tentang aktivitas pelayanan, faktor penghambat pelayanan dan faktor pendorong pelayanan kesehatan di RSUP Sanglah Denpasar. Perspektif pelanggan eksternal menyatakan bahwa kualitas pelayanan kesehatan di RSUP Sanglah Denpasar termasuk dalam kategori pelayanan yang baik dengan persentase rata-rata total lima dimensi kualitas pelayanan (daya tanggap, kehandalan, jaminan, perhatian, bukti langsung) sebesar 83,82%.
Simpulan: Kualitas pelayanan kesehatan yang baik dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan serta meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini menyarankan untuk meningkatkan kualitas fisik dan kelengkapan fasilitas pelayanan, menerapkan budaya kerja yang berkualitas, dan penerapan konsep clinical governance.Hubungan antara Persepsi Daya Tanggap dan Persepsi Empati dengan Kepuasan Pasien di RSUD Wangaya Denpasar
Dwidyaniti Wira, Ketut Suarjana, I Putu Ganda WijayaOnline First: Dec 1, 2014
- XML
- Abstract
- Abstract
Hubungan antara Persepsi Daya Tanggap dan Persepsi Empati dengan Kepuasan Pasien di RSUD Wangaya Denpasar
Latar belakang dan tujuan: Penilaian terhadap mutu layanan dan kaitannya dengan kepuasan pasien di layanan rawat inap dan rawat jalan sangat penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi mutu pelayanan asuhan keperawatan dengan kepuasan pasien rawat inap kelas III di RSUD Wangaya Kota Denpasar.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan potong lintang. Besar sampel 111 orang yang diambil dengan tehknik simple random sampling. Data dianalisis secara bertahap meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan sebesar 45%. Persepsi daya tanggap dengan OR=2,404 (95%CI: 1,076-5,373) dan empati dengan OR=2,594 (95%CI: 1,165-5,779) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepuasan pasien.Â
Simpulan: Penelitian ini menemukan bahwa tingkat kepuasan pasien masih berada pada kisaran sedang dan memiliki hubungan yang signifikan dengan persepsi daya tanggap dan persepsi empatiHubungan antara Persepsi Daya Tanggap dan Persepsi Empati dengan Kepuasan Pasien di RSUD Wangaya Denpasar
Latar belakang dan tujuan: Penilaian terhadap mutu layanan dan kaitannya dengan kepuasan pasien di layanan rawat inap dan rawat jalan sangat penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi mutu pelayanan asuhan keperawatan dengan kepuasan pasien rawat inap kelas III di RSUD Wangaya Kota Denpasar.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan potong lintang. Besar sampel 111 orang yang diambil dengan tehknik simple random sampling. Data dianalisis secara bertahap meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan sebesar 45%. Persepsi daya tanggap dengan OR=2,404 (95%CI: 1,076-5,373) dan empati dengan OR=2,594 (95%CI: 1,165-5,779) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepuasan pasien.Â
Simpulan: Penelitian ini menemukan bahwa tingkat kepuasan pasien masih berada pada kisaran sedang dan memiliki hubungan yang signifikan dengan persepsi daya tanggap dan persepsi empatiPekerjaan dan Pendidikan sebagai Faktor Risiko Kejadian Katarak pada Pasien yang Berobat di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Kota Mataram Nusa Tenggara Barat
Ni Nyoman Santi Tri Ulandari, Putu Ayu Swandewi Astuti, Nyoman AdiputraOnline First: Dec 1, 2014
- XML
- Abstract
- Abstract
Pekerjaan dan Pendidikan sebagai Faktor Risiko Kejadian Katarak pada Pasien yang Berobat di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Kota Mataram Nusa Tenggara Barat
Latar belakang dan tujuan: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor risiko pekerjaan, pendidikan dan faktor risiko lainnya terhadap terjadinya katarak pada pasien yang berobat di Balai Kesehatan Mata Masyarakat di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Metode: Disain penelitian adalah kasus-kontrol dengan jumlah sampel kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 40 (1:1). Variabel terikat adalah pasien dengan katarak dan variabel bebas adalah: pendidikan, pekerjaan, pendapatan, diabetes melitus, riwayat penyakit katarak, perilaku merokok, paparan asap dan paparan sinar matahari. Data dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan penelusuran dokumen catatan medis pasien. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat untuk mengetahui komparabilitas antara kelompok kasus dan kontrol dan untuk melihat crude OR. Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui adjusted OR.
Hasil: Penelitian menemukan empat variabel yang menjadi faktor risiko kejadian katarak yaitu pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan paparan sinar matahari dengan crude OR masing-masing sebesar 10,50 (95%CI: 3,39-32,52); 6,23 (95%CI: 2,35-16,51), 10,52 (95%CI: 3,56-31,12); dan 3,11 (95%CI: 1,25-7,78). Sedangkan diabetes melitus, riwayat keluarga dengan penyakit katarak, perilaku merokok dan paparan asap secara statistik tidak dijumpai sebagai faktor risiko katarak. Pada analisis multivariat diperoleh bahwa faktor risiko yang paling berperan adalah pekerjaan dengan OR=9,81 (95%CI: 1,85-52,02) dan pendidikan dengan OR=6,53 (95%CI: 1,42-29,92).
Simpulan: Pekerjaan dan pendidikan merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap terjadinya katarak pada pasien yang berkunjung di Balai Kesehatan Mata Masyarakat di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.Pekerjaan dan Pendidikan sebagai Faktor Risiko Kejadian Katarak pada Pasien yang Berobat di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Kota Mataram Nusa Tenggara Barat
Latar belakang dan tujuan: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor risiko pekerjaan, pendidikan dan faktor risiko lainnya terhadap terjadinya katarak pada pasien yang berobat di Balai Kesehatan Mata Masyarakat di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Metode: Disain penelitian adalah kasus-kontrol dengan jumlah sampel kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 40 (1:1). Variabel terikat adalah pasien dengan katarak dan variabel bebas adalah: pendidikan, pekerjaan, pendapatan, diabetes melitus, riwayat penyakit katarak, perilaku merokok, paparan asap dan paparan sinar matahari. Data dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan penelusuran dokumen catatan medis pasien. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat untuk mengetahui komparabilitas antara kelompok kasus dan kontrol dan untuk melihat crude OR. Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui adjusted OR.
Hasil: Penelitian menemukan empat variabel yang menjadi faktor risiko kejadian katarak yaitu pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan paparan sinar matahari dengan crude OR masing-masing sebesar 10,50 (95%CI: 3,39-32,52); 6,23 (95%CI: 2,35-16,51), 10,52 (95%CI: 3,56-31,12); dan 3,11 (95%CI: 1,25-7,78). Sedangkan diabetes melitus, riwayat keluarga dengan penyakit katarak, perilaku merokok dan paparan asap secara statistik tidak dijumpai sebagai faktor risiko katarak. Pada analisis multivariat diperoleh bahwa faktor risiko yang paling berperan adalah pekerjaan dengan OR=9,81 (95%CI: 1,85-52,02) dan pendidikan dengan OR=6,53 (95%CI: 1,42-29,92).
Simpulan: Pekerjaan dan pendidikan merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap terjadinya katarak pada pasien yang berkunjung di Balai Kesehatan Mata Masyarakat di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.Alasan Tidak Diberikan ASI Eksklusif oleh Ibu Bekerja di Kota Mataram Nusa Tenggara Barat
Haryani Haryani, Luh Putu Lila Wulandari, I Nyoman Mangku KarmayaOnline First: Dec 1, 2014
- XML
- Abstract
- Abstract
Alasan Tidak Diberikan ASI Eksklusif oleh Ibu Bekerja di Kota Mataram Nusa Tenggara Barat
Latar belakang dan tujuan: Mengetahui alasan ibu bekerja tidak memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayinya dan faktor-faktor yang menghambat pemberiannya di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dengan focus group discussion (FGD) dan wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan pada 9 informan kunci  yaitu ibu bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif. FGD dilakukan sebanyak dua kali, pada 21 informan lain yaitu suami, metua, keluarga, kader, tokoh agama, tokoh masyarakat dan pimpinan dari informan kunci.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa alasan tidak diberikanya ASI eksklusif oleh ibu yang bekerja antara lain karena adanya rasa repot dari ibu, beban kerja yang tinggi, waktu cuti terbatas, sarana prasarana yang kurang seperti tidak ada tempat penitipan anak (TPA) dan pengantar ASI (kurir ASI) dan tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat ibu bekerja didalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya yaitu: faktor ekonomi, faktor fisik ibu yaitu rasa lelah dan sakit yang diderita, faktor psikologis dan faktor kurangnya sarana dan prasarana pendukung.
Simpulan: Alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya karena rasa repot, beban kerja, waktu cuti terbatas, sarana dan prasarana kurang dan tuntutan ekonomi. Sedangkan faktor yang menghambat pemberian ASI adalah faktor ekonomi, keadaan fisik ibu, psikologis dan kurangnya sarana prasarana pendukung.Alasan Tidak Diberikan ASI Eksklusif oleh Ibu Bekerja di Kota Mataram Nusa Tenggara Barat
Latar belakang dan tujuan: Mengetahui alasan ibu bekerja tidak memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayinya dan faktor-faktor yang menghambat pemberiannya di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dengan focus group discussion (FGD) dan wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan pada 9 informan kunci  yaitu ibu bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif. FGD dilakukan sebanyak dua kali, pada 21 informan lain yaitu suami, metua, keluarga, kader, tokoh agama, tokoh masyarakat dan pimpinan dari informan kunci.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa alasan tidak diberikanya ASI eksklusif oleh ibu yang bekerja antara lain karena adanya rasa repot dari ibu, beban kerja yang tinggi, waktu cuti terbatas, sarana prasarana yang kurang seperti tidak ada tempat penitipan anak (TPA) dan pengantar ASI (kurir ASI) dan tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat ibu bekerja didalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya yaitu: faktor ekonomi, faktor fisik ibu yaitu rasa lelah dan sakit yang diderita, faktor psikologis dan faktor kurangnya sarana dan prasarana pendukung.
Simpulan: Alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya karena rasa repot, beban kerja, waktu cuti terbatas, sarana dan prasarana kurang dan tuntutan ekonomi. Sedangkan faktor yang menghambat pemberian ASI adalah faktor ekonomi, keadaan fisik ibu, psikologis dan kurangnya sarana prasarana pendukung.Hubungan antara Konsumsi Tablet Besi dan Infeksi Malaria dengan Anemia pada Ibu Hamil di Kota Ambon
Widy Markosia Wabula, Nyoman Tigeh Suryadhi, Luh Seri AniOnline First: Dec 1, 2014
- XML
- Abstract
- Abstract
Hubungan antara Konsumsi Tablet Besi dan Infeksi Malaria dengan Anemia pada Ibu Hamil di Kota Ambon
Latar belakang dan tujuan: Provinsi Maluku adalah salah satu dari daerah di Indonesia dengan prevalensi anemia dan malaria ibu hamil cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi tablet besi dan infeksi malaria dengan anemia pada ibu hamil di Kota Ambon.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 83 ibu hamil trimester III yang dipilih dengan menggunakan multistage random sampling. Konsumsi tablet besi dikumpulkan melalui wawancara, infeksi malaria dikumpulkan dari rekam medis ibu hamil dan data anemia dikumpulkan dari hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan menggunakan hemometer digital. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat (chi-square test) dan multivariat (regresi logistik).
Hasil: Hasil analisis multivariat menunjukkan hubungan yang bermakna antara anemia dengan konsumsi tablet besi dengan OR=4,570 (95%CI: 1,174-17,788), dan infeksi malaria dengan OR=20,216 (95%CI: 4,773-85,620).
Simpulan: Infeksi malaria dan konsumsi tablet besi terbukti berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di Kota Ambon.Hubungan antara Konsumsi Tablet Besi dan Infeksi Malaria dengan Anemia pada Ibu Hamil di Kota Ambon
Latar belakang dan tujuan: Provinsi Maluku adalah salah satu dari daerah di Indonesia dengan prevalensi anemia dan malaria ibu hamil cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi tablet besi dan infeksi malaria dengan anemia pada ibu hamil di Kota Ambon.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 83 ibu hamil trimester III yang dipilih dengan menggunakan multistage random sampling. Konsumsi tablet besi dikumpulkan melalui wawancara, infeksi malaria dikumpulkan dari rekam medis ibu hamil dan data anemia dikumpulkan dari hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan menggunakan hemometer digital. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat (chi-square test) dan multivariat (regresi logistik).
Hasil: Hasil analisis multivariat menunjukkan hubungan yang bermakna antara anemia dengan konsumsi tablet besi dengan OR=4,570 (95%CI: 1,174-17,788), dan infeksi malaria dengan OR=20,216 (95%CI: 4,773-85,620).
Simpulan: Infeksi malaria dan konsumsi tablet besi terbukti berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di Kota Ambon.Akses Pelayanan Kesehatan Berhubungan dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai di Puskesmas Kawangu, Kabupaten Sumba Timur
Nara Adriana, Luh Putu Lila Wulandari, Dyah Pradnyaparamita DuarsaOnline First: Dec 1, 2014
- XML
- Abstract
- Abstract
Akses Pelayanan Kesehatan Berhubungan dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai di Puskesmas Kawangu, Kabupaten Sumba Timur
Latar belakang dan tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan, intensitas informasi dan dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai oleh ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Kawangu.
Metode: Penelitian ini adalah survei cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 85 ibu bersalin di Puskesmas Kawangu yang diambil secara consecutive. Variabel dependen adalah pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai dan variabel independennya adalah pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan, intensitas informasi dan dukungan keluarga. Data dikumpulkan dengan wawancara pada ibu bersalin menggunakan pedoman wawancara. Data dianalisis secara univariat, bivariat dengan memakai uji statistik chi-square dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai dengan pengetahuan ibu bersalin (p=0,001), sikap (p<0,001), akses pelayanan kesehatan (p<0,001), intensitas informasi (p=0,039) dan dukungan keluarga (p<0,001). Analisis multivariat menunjukkan bahwa satu-satunya variabel independen yang bermakna berkaitan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai adalah akses pelayanan kesehatan dengan OR=11,68 (95%CI: 1,37-99,89).
Simpulan: Akses pelayanan kesehatan merupakan variabel yang berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai.Akses Pelayanan Kesehatan Berhubungan dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai di Puskesmas Kawangu, Kabupaten Sumba Timur
Latar belakang dan tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan, intensitas informasi dan dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai oleh ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Kawangu.
Metode: Penelitian ini adalah survei cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 85 ibu bersalin di Puskesmas Kawangu yang diambil secara consecutive. Variabel dependen adalah pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai dan variabel independennya adalah pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan, intensitas informasi dan dukungan keluarga. Data dikumpulkan dengan wawancara pada ibu bersalin menggunakan pedoman wawancara. Data dianalisis secara univariat, bivariat dengan memakai uji statistik chi-square dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai dengan pengetahuan ibu bersalin (p=0,001), sikap (p<0,001), akses pelayanan kesehatan (p<0,001), intensitas informasi (p=0,039) dan dukungan keluarga (p<0,001). Analisis multivariat menunjukkan bahwa satu-satunya variabel independen yang bermakna berkaitan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai adalah akses pelayanan kesehatan dengan OR=11,68 (95%CI: 1,37-99,89).
Simpulan: Akses pelayanan kesehatan merupakan variabel yang berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai.Faktor Penghambat dan Pendukung Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Wilayah Puskesmas I Denpasar Utara
Nida Gustikawati, Luh Putu Lila Wulandari, Dyah Pradnyaparamita DuarsaOnline First: Dec 1, 2014
- XML
- Abstract
- Abstract
Faktor Penghambat dan Pendukung Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Wilayah Puskesmas I Denpasar Utara
Latar belakang dan tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam faktor pendukung dan penghambat penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Puskesmas I Denpasar Utara.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dengan focus group discussion (FGD) dan in-depth interview. FGD dilakukan pada informan kunci yaitu 10 akseptor implant dan 10 akseptor alat kontrasepsi lain. Wawancara mendalam dilakukan pada 11 informan lain yaitu bidan puskesmas, bidan praktek swasta, penyuluh KB, mertua dan suami dari informan kunci.
Hasil: Persepsi dan sikap akseptor implant tergolong baik, tetapi persepsi dan sikap akseptor alat kontrasepsi lain kurang baik. Pengalaman akseptor implant bervariasi tentang efek samping dari penggunaan implant, namun hal ini tidak dianggap penghambat. Faktor pendukung yang dikemukakan oleh informan adalah ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas pelayanan serta dukungan suami. Fasilitas dan sarana bukan menjadi faktor penghambat baik bagi pengguna maupun bukan pengguna sedangkan faktor penghambatnya adalah masih adanya keinginan untuk mempunyai anak, kurangnya tenaga kesehatan yang terampil dalam pemasangan alat kontrasepsi implant, dan kurangnya promosi tentang alat kontrasepsi implant.
Simpulan: Faktor pendukung penggunaan implant yaitu: ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas pelayanan serta dukungan suami. Faktor penghambatnya adalah adanya keinginan untuk mempunyai anak, pelatihan tenaga kesehatan yang kurang memadai, dan kurangnya promosi tentang implant di masyarakat.Faktor Penghambat dan Pendukung Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Wilayah Puskesmas I Denpasar Utara
Latar belakang dan tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam faktor pendukung dan penghambat penggunaan alat kontrasepsi implant di Wilayah Puskesmas I Denpasar Utara.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dengan focus group discussion (FGD) dan in-depth interview. FGD dilakukan pada informan kunci yaitu 10 akseptor implant dan 10 akseptor alat kontrasepsi lain. Wawancara mendalam dilakukan pada 11 informan lain yaitu bidan puskesmas, bidan praktek swasta, penyuluh KB, mertua dan suami dari informan kunci.
Hasil: Persepsi dan sikap akseptor implant tergolong baik, tetapi persepsi dan sikap akseptor alat kontrasepsi lain kurang baik. Pengalaman akseptor implant bervariasi tentang efek samping dari penggunaan implant, namun hal ini tidak dianggap penghambat. Faktor pendukung yang dikemukakan oleh informan adalah ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas pelayanan serta dukungan suami. Fasilitas dan sarana bukan menjadi faktor penghambat baik bagi pengguna maupun bukan pengguna sedangkan faktor penghambatnya adalah masih adanya keinginan untuk mempunyai anak, kurangnya tenaga kesehatan yang terampil dalam pemasangan alat kontrasepsi implant, dan kurangnya promosi tentang alat kontrasepsi implant.
Simpulan: Faktor pendukung penggunaan implant yaitu: ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas pelayanan serta dukungan suami. Faktor penghambatnya adalah adanya keinginan untuk mempunyai anak, pelatihan tenaga kesehatan yang kurang memadai, dan kurangnya promosi tentang implant di masyarakat.Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita Kawin Usia Dini di Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur
Hery Aryanti, Luh Seri Ani, I Nyoman Mangku KarmayaOnline First: Dec 1, 2014
- XML
- Abstract
- Abstract
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita Kawin Usia Dini di Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur
Latar belakang dan tujuan: Wanita kawin usia dini masih merupakan masalah di Indonesia termasuk di Provinsi NTB, dengan prevalensi pernikahan usia dini sebesar 23,9%. Hal ini akan berdampak terhadap peningkatan kejadian total fertility rate (TFR) sebesar 2,8 anak, lebih tinggi jika dibandingkan dengan target nasional yaitu sebesar 2,36 anak. Pelayanan keluarga berencana (KB) yang berkualitas dan merata dapat berimplikasi terhadap penurunan TFR. Sampai saat ini belum diketahui faktor yang terkait dengan penggunaan kontrasepsi pada wanita kawin usia dini di Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur, karena itu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui hal tersebut.
Metode: Penelititan ini adalah penelitian kuantitatif cross sectional dengan sampel sebanyak 84 orang wanita kawin usia dini di Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur. Subyek penelitian yang memenuhi kriteria dipilih secara convenience dan diwawancara untuk mendapatkan data karakteristik, penggunaan KB, tingkat pengetahuan, informasi oleh petugas lapangan KB serta dukungan suami. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji chi square.
Hasil: Sebagian besar pengguna KB usia kawin pertamanya ≥17 th (64,3%) dengan pendidikan rendah (66,7%) dan tidak bekerja (57,1%), tingkat pengetahuan kurang (92,9%), tidak mendapatkan informasi dari petugas lapangan KB (91,7%), serta tidak mendapat dukungan suami (51,2%). Variabel dukungan suami memiliki hubungan bermakna secara statistik terhadap penggunaan kontrasepsi pada wanita kawin usia dini (p<0,001) sedangkan usia kawin pertama, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan informasi oleh petugas lapangan KB tidak memiliki hubungan yang bermakna.
Simpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan suami merupakan faktor yang bermakna dalam penggunaan kontrasepsi di kalangan wanita kawin usia dini.Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita Kawin Usia Dini di Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur
Latar belakang dan tujuan: Wanita kawin usia dini masih merupakan masalah di Indonesia termasuk di Provinsi NTB, dengan prevalensi pernikahan usia dini sebesar 23,9%. Hal ini akan berdampak terhadap peningkatan kejadian total fertility rate (TFR) sebesar 2,8 anak, lebih tinggi jika dibandingkan dengan target nasional yaitu sebesar 2,36 anak. Pelayanan keluarga berencana (KB) yang berkualitas dan merata dapat berimplikasi terhadap penurunan TFR. Sampai saat ini belum diketahui faktor yang terkait dengan penggunaan kontrasepsi pada wanita kawin usia dini di Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur, karena itu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui hal tersebut.
Metode: Penelititan ini adalah penelitian kuantitatif cross sectional dengan sampel sebanyak 84 orang wanita kawin usia dini di Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur. Subyek penelitian yang memenuhi kriteria dipilih secara convenience dan diwawancara untuk mendapatkan data karakteristik, penggunaan KB, tingkat pengetahuan, informasi oleh petugas lapangan KB serta dukungan suami. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji chi square.
Hasil: Sebagian besar pengguna KB usia kawin pertamanya ≥17 th (64,3%) dengan pendidikan rendah (66,7%) dan tidak bekerja (57,1%), tingkat pengetahuan kurang (92,9%), tidak mendapatkan informasi dari petugas lapangan KB (91,7%), serta tidak mendapat dukungan suami (51,2%). Variabel dukungan suami memiliki hubungan bermakna secara statistik terhadap penggunaan kontrasepsi pada wanita kawin usia dini (p<0,001) sedangkan usia kawin pertama, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan informasi oleh petugas lapangan KB tidak memiliki hubungan yang bermakna.
Simpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan suami merupakan faktor yang bermakna dalam penggunaan kontrasepsi di kalangan wanita kawin usia dini.Hubungan Pelayanan Kefarmasian dengan Kepuasan Konsumen Menggunakan Jasa Apotik di Kota Denpasar
Eka Arimbawa, Ketut Suarjana, I Putu Ganda WijayaOnline First: Dec 1, 2014
- XML
- Abstract
- Abstract
Hubungan Pelayanan Kefarmasian dengan Kepuasan Konsumen Menggunakan Jasa Apotik di Kota Denpasar
Latar belakang dan tujuan: Perkembangan yang pesat telah terjadi di apotik dengan bergesernya orientasi pelayanan kefarmasian dari product atau drug oriented menjadi patient oriented, yang bertujuan membantu konsumen memperoleh dan menggunakan obat yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelayanan kefarmasian dengan kepuasan konsumen menggunakan jasa apotik di Kota Denpasar.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang. Sampel terdiri dari 116 konsumen yang diambil dari 20 apotik di Kota Denpasar. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner yang diisi oleh konsumen. Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis dengan menggunakan regresi logistik.
Hasil: Analisis menunjukkan tingkat kepuasan konsumen sebesar 46,55% dan terdapat hubungan yang signifikan antara masing-masing pelayanan kefarmasian seperti penampilan apotik (OR=12,819; 95%CI: 2,791-58,870), pelayanan informasi obat (OR=16,157; 95%CI: 3,279-79,620), ketersediaan obat (OR=6,811; 95%CI: 1,571-29,460), dan kecepatan pelayanan (OR=43,432; 95%CI: 7,197-262,095) dengan kepuasan konsumen menggunakan jasa apotik di Kota Denpasar.
Simpulan: Perlunya penambahan fasilitas apotik untuk meningkatkan kenyamanan konsumen dan peningkatan jumlah tenaga kerja farmasi yang disesuaikan dengan beban kerja di apotik agar dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal kepada konsumen terutama dalam memberikan informasi mengenai obat-obatan.Hubungan Pelayanan Kefarmasian dengan Kepuasan Konsumen Menggunakan Jasa Apotik di Kota Denpasar
Latar belakang dan tujuan: Perkembangan yang pesat telah terjadi di apotik dengan bergesernya orientasi pelayanan kefarmasian dari product atau drug oriented menjadi patient oriented, yang bertujuan membantu konsumen memperoleh dan menggunakan obat yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelayanan kefarmasian dengan kepuasan konsumen menggunakan jasa apotik di Kota Denpasar.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang. Sampel terdiri dari 116 konsumen yang diambil dari 20 apotik di Kota Denpasar. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner yang diisi oleh konsumen. Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis dengan menggunakan regresi logistik.
Hasil: Analisis menunjukkan tingkat kepuasan konsumen sebesar 46,55% dan terdapat hubungan yang signifikan antara masing-masing pelayanan kefarmasian seperti penampilan apotik (OR=12,819; 95%CI: 2,791-58,870), pelayanan informasi obat (OR=16,157; 95%CI: 3,279-79,620), ketersediaan obat (OR=6,811; 95%CI: 1,571-29,460), dan kecepatan pelayanan (OR=43,432; 95%CI: 7,197-262,095) dengan kepuasan konsumen menggunakan jasa apotik di Kota Denpasar.
Simpulan: Perlunya penambahan fasilitas apotik untuk meningkatkan kenyamanan konsumen dan peningkatan jumlah tenaga kerja farmasi yang disesuaikan dengan beban kerja di apotik agar dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal kepada konsumen terutama dalam memberikan informasi mengenai obat-obatan.Pengaruh Faktor Pengelola terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung
Ni Luh Putu Devhy, Putu Ayu Swandewi Astuti, Dyah Pradnyaparamita DuarsaOnline First: Dec 1, 2014
- XML
- Abstract
- Abstract
Pengaruh Faktor Pengelola terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung
Latar belakang dan tujuan: Di Provinsi Bali dan Kabupaten Badung telah diterbitkan Peraturan Daerah (Perda) tentang kawasan tanpa rokok (KTR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan dan faktor-faktor yang memengaruhi pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung.
Metode: Rancangan penelitian ini adalah survei cross-sectional yang dilaksanakan di Kabupaten Badung selama 3 bulan dari Maret sampai Mei 2014. Sampel penelitian berjumlah 104 hotel yang diambil secara acak sistematik dari daftar hotel berbintang pada buku direktori Dinas Pariwisata Provinsi Bali. Data dikumpulkan dengan cara observasi menggunakan lembar observasi dan wawancara dengan manajer hotel atau pengelola lainnya dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat, bivariat (uji chi square) dan analisis multivariat dengan  menggunakan regresi poisson.
Hasil: Pada saat penelitian dilaksanakan, hotel yang patuh melaksanaakan Perda KTR hanya 16 dari 104 sampel hotel (15,4%). Satu-satunya faktor yang secara statistik bermakna  memengaruhi kepatuhan pelaksanaan Perda KTR adalah adanya dukungan dari pengelola dengan nilai PR=4,25 (95%CI: 1, 03-17,58). Sedangkan faktor lainnya secara statistik tidak bermakna yaitu pengetahuan dengan PR=2,0 (95%CI: 0,8-4,9), sikap dengan PR=2,5 (95%CI: 0,8-8,2), komitmen dengan nilai PR=0,8 (95%CI: 0,2-3,2) dan himbauan organisasi yang menaungi dengan nilai PR=1,8 (95%CI: 0,7-4,5). Selain itu didapatkan pula hasil bahwa pada pengelola yang mempunyai perilaku merokok, tidak ada yang patuh terhadap penerapan Perda KTR sedangkan pada pengelola yang tidak merokok sebanyak 19,5% yang patuh.
Simpulan: Kepatuhan hotel berbintang di Kabupaten Badung terhadap pelaksanaan Perda KTR masih rendah dan dipengaruhi oleh adanya dukungan dari pengelola hotel.
Pengaruh Faktor Pengelola terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung
Latar belakang dan tujuan: Di Provinsi Bali dan Kabupaten Badung telah diterbitkan Peraturan Daerah (Perda) tentang kawasan tanpa rokok (KTR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan dan faktor-faktor yang memengaruhi pelaksanaan Perda KTR pada hotel berbintang di Kabupaten Badung.
Metode: Rancangan penelitian ini adalah survei cross-sectional yang dilaksanakan di Kabupaten Badung selama 3 bulan dari Maret sampai Mei 2014. Sampel penelitian berjumlah 104 hotel yang diambil secara acak sistematik dari daftar hotel berbintang pada buku direktori Dinas Pariwisata Provinsi Bali. Data dikumpulkan dengan cara observasi menggunakan lembar observasi dan wawancara dengan manajer hotel atau pengelola lainnya dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat, bivariat (uji chi square) dan analisis multivariat dengan  menggunakan regresi poisson.
Hasil: Pada saat penelitian dilaksanakan, hotel yang patuh melaksanaakan Perda KTR hanya 16 dari 104 sampel hotel (15,4%). Satu-satunya faktor yang secara statistik bermakna  memengaruhi kepatuhan pelaksanaan Perda KTR adalah adanya dukungan dari pengelola dengan nilai PR=4,25 (95%CI: 1, 03-17,58). Sedangkan faktor lainnya secara statistik tidak bermakna yaitu pengetahuan dengan PR=2,0 (95%CI: 0,8-4,9), sikap dengan PR=2,5 (95%CI: 0,8-8,2), komitmen dengan nilai PR=0,8 (95%CI: 0,2-3,2) dan himbauan organisasi yang menaungi dengan nilai PR=1,8 (95%CI: 0,7-4,5). Selain itu didapatkan pula hasil bahwa pada pengelola yang mempunyai perilaku merokok, tidak ada yang patuh terhadap penerapan Perda KTR sedangkan pada pengelola yang tidak merokok sebanyak 19,5% yang patuh.
Simpulan: Kepatuhan hotel berbintang di Kabupaten Badung terhadap pelaksanaan Perda KTR masih rendah dan dipengaruhi oleh adanya dukungan dari pengelola hotel.
Hubungan Kompetensi, Kerjasama dan Pengembangan Karir dengan Mutu Pelayanan Paramedik Puskesmas Mengwi I Kabupaten Badung
Alit Naya, Luh Seri Ani, I Putu Ganda WijayaOnline First: Dec 1, 2014
- XML
- Abstract
- Abstract
Hubungan Kompetensi, Kerjasama dan Pengembangan Karir dengan Mutu Pelayanan Paramedik Puskesmas Mengwi I Kabupaten Badung
Latar belakang dan tujuan: Survei menunjukkan adanya keluhan tentang ketidakpuasan pelayanan petugas paramedis Puskesmas Mengwi I yang berdampak terhadap penurunan jumlah kunjungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kompetensi, kerjasama dan pengembangan karir dengan mutu pelayanan pada petugas paramedis.Â
Metode: Penelitian cross sectional telah dilaksanakan terhadap 38 orang yaitu semua petugas paramedis di Puskesmas Mengwi I dan dilakukan wawancara untuk mendapatkan data mutu pelayanan, kompetensi, kerjasama dan pengembangan karir. Data dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan uji chi-square dan multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara mutu pelayanan dengan kompetensi, kerjasama dan pengembangan karir (p<0,001). Berdasarkan analisis multivariat, faktor yang secara bermakna mempengaruhi mutu pelayanan adalah kompetensi  (p=0,035) dan pengembangan karir (p=0,042)
Simpulan: Kompetensi dan pengembangan karir berhubungan secara bermakna dengan mutu pelayanan di Puskesmas Mengwi I.
Hubungan Kompetensi, Kerjasama dan Pengembangan Karir dengan Mutu Pelayanan Paramedik Puskesmas Mengwi I Kabupaten Badung
Latar belakang dan tujuan: Survei menunjukkan adanya keluhan tentang ketidakpuasan pelayanan petugas paramedis Puskesmas Mengwi I yang berdampak terhadap penurunan jumlah kunjungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kompetensi, kerjasama dan pengembangan karir dengan mutu pelayanan pada petugas paramedis.Â
Metode: Penelitian cross sectional telah dilaksanakan terhadap 38 orang yaitu semua petugas paramedis di Puskesmas Mengwi I dan dilakukan wawancara untuk mendapatkan data mutu pelayanan, kompetensi, kerjasama dan pengembangan karir. Data dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan uji chi-square dan multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara mutu pelayanan dengan kompetensi, kerjasama dan pengembangan karir (p<0,001). Berdasarkan analisis multivariat, faktor yang secara bermakna mempengaruhi mutu pelayanan adalah kompetensi  (p=0,035) dan pengembangan karir (p=0,042)
Simpulan: Kompetensi dan pengembangan karir berhubungan secara bermakna dengan mutu pelayanan di Puskesmas Mengwi I.
Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru BTA Positif di Distrik Dili Timor Leste Tahun 2014
Jacinta dos Santos Guterres, Luh Putu Lila Wulandari, Dewa Nyoman WirawanOnline First: Dec 1, 2014
- XML
- Abstract
- Abstract
Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru BTA Positif di Distrik Dili Timor Leste Tahun 2014
Latar belakang dan tujuan: Menurut WHO tuberkulosis paru (TB) di Timor-Leste diperkirakan mempunyai tingkat kematian yang paling tinggi di wilayah Asia Tenggara yaitu sebesar 45 per 100.000 penduduk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko TB paru di Distrik Dili.
Metode: Rancangan penelitian adalah kasus kontrol. Kasus adalah penderita TB paru BTA positif dan kontrol adalah pasien bukan TB yang tercatat di register klinik TB Motael dan Bairo-pite dan tiga puskesmas (Comoro, Formosa, Becora) di Distrik Dili Juli 2013-Februari 2014. Jumlah sampel sebanyak 138 orang terdiri dari 46 orang kasus dan 92 kontrol (1:2). Faktor risiko yang diteliti adalah kebiasaan merokok, kontak dengan penderita, status gizi, penghasilan keluarga, kepadatan hunian, pencahayaan sinar matahari, ventilasi dan penggunaan kayu bakar untuk memasak. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan pengukuran. Analisis data dilakukan secara bivariat untuk mengetahui kemiripan kasus dan kontrol dan menghitung crude OR. Analisis multivariat dengan regresi logistik dilakukan untuk mengetahui faktor risiko yang berperan meningkatkan kejadian TB
Hasil: Tidak dijumpai adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol dalam variabel umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan (p>0,05). Dari hasil analisis bivariat didapatkan bahwa faktor risiko kejadian TB paru adalah kontak dengan penderita (OR=2,809; 95%CI:1,337-5,900), status gizi (OR=2,380; 95%CI:1,096-5,169), pencahayaan sinar matahari (OR=8,090; 95%CI:3,468-18,872) dan ventilasi (OR=6,141; 95%CI:2,709-13,924). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor risiko yang berperan adalah kontak dengan penderita (OR=3,428; 95%CI:1,455-8,075) dan pencahayaan sinar matahari (OR=4,601; 95%CI:1,336-15,845).
Simpulan: Kontak dengan penderita dan pencahayaan sinar matahari merupakan faktor risiko TB paru BTA positif di Distrik Dili Timor Leste.
Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru BTA Positif di Distrik Dili Timor Leste Tahun 2014
Latar belakang dan tujuan: Menurut WHO tuberkulosis paru (TB) di Timor-Leste diperkirakan mempunyai tingkat kematian yang paling tinggi di wilayah Asia Tenggara yaitu sebesar 45 per 100.000 penduduk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko TB paru di Distrik Dili.
Metode: Rancangan penelitian adalah kasus kontrol. Kasus adalah penderita TB paru BTA positif dan kontrol adalah pasien bukan TB yang tercatat di register klinik TB Motael dan Bairo-pite dan tiga puskesmas (Comoro, Formosa, Becora) di Distrik Dili Juli 2013-Februari 2014. Jumlah sampel sebanyak 138 orang terdiri dari 46 orang kasus dan 92 kontrol (1:2). Faktor risiko yang diteliti adalah kebiasaan merokok, kontak dengan penderita, status gizi, penghasilan keluarga, kepadatan hunian, pencahayaan sinar matahari, ventilasi dan penggunaan kayu bakar untuk memasak. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan pengukuran. Analisis data dilakukan secara bivariat untuk mengetahui kemiripan kasus dan kontrol dan menghitung crude OR. Analisis multivariat dengan regresi logistik dilakukan untuk mengetahui faktor risiko yang berperan meningkatkan kejadian TB
Hasil: Tidak dijumpai adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol dalam variabel umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan (p>0,05). Dari hasil analisis bivariat didapatkan bahwa faktor risiko kejadian TB paru adalah kontak dengan penderita (OR=2,809; 95%CI:1,337-5,900), status gizi (OR=2,380; 95%CI:1,096-5,169), pencahayaan sinar matahari (OR=8,090; 95%CI:3,468-18,872) dan ventilasi (OR=6,141; 95%CI:2,709-13,924). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor risiko yang berperan adalah kontak dengan penderita (OR=3,428; 95%CI:1,455-8,075) dan pencahayaan sinar matahari (OR=4,601; 95%CI:1,336-15,845).
Simpulan: Kontak dengan penderita dan pencahayaan sinar matahari merupakan faktor risiko TB paru BTA positif di Distrik Dili Timor Leste.
Consideration of Including Male Circumcision in the Indonesian HIV Prevention Strategy
I Nyoman SutarsaOnline First: Dec 1, 2014
- XML
- Abstract
- Abstract
Consideration of Including Male Circumcision in the Indonesian HIV Prevention Strategy
HIV/AIDS is an emerging threat to population health. Globally, 33.4 million people were estimated to be living with HIV in 2008 including 2.1 million children (UNAIDS, 2009;
UNAIDS, 2011). The total number of new cases was estimated to be 2.7 million people (including 430,000 children) and HIV/AIDS related death was estimated to be 2.0 million in 2008 (UNAIDS, 2009). Sustainable prevention measures followed by care, support and treatment program is vital to reduce the incidence and prevalence of HIV/AIDS.
Consideration of Including Male Circumcision in the Indonesian HIV Prevention Strategy
HIV/AIDS is an emerging threat to population health. Globally, 33.4 million people were estimated to be living with HIV in 2008 including 2.1 million children (UNAIDS, 2009;
UNAIDS, 2011). The total number of new cases was estimated to be 2.7 million people (including 430,000 children) and HIV/AIDS related death was estimated to be 2.0 million in 2008 (UNAIDS, 2009). Sustainable prevention measures followed by care, support and treatment program is vital to reduce the incidence and prevalence of HIV/AIDS.